Sentani, Mambruks.com – Kawasan pegunungan Siklop yang ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Alam, saat ini sudah terbuka ratusan hektar perkebunan lokal milik masyarakat.
Ketua Pemuda Peduli Lingkungan Hidup (PPLH) Kabupaten Jayapura, Manase Bernard Taime mengatakan, ratusan hektar kebun lokal ini berada pada setiap lapisan gunung dan daerah lembah, dimana setiap aktivitas perambahan dan penebangan pohon untuk kepentingan kebun lokal tersebut dibuang ke arah sungai besar yang turun ke kota.
Dijelaskan, ada enam lapis pegunungan Siklop ini semuanya sudah dibongkar untuk perkebunan lokal. Sisa batang pohon yang turun ke sungai di tambah dengan longsoran tanah dipinggiran sungai besar akan terbentuk bendungan alami yang suatu saat nanti bisa terbongkar dan mengakibatkan banjir bandang yang lebih besar dari kejadian 2019 lalu.
“Mulai dari lapisan pertama sampai lapisan ke 5 dan 6 di rambah dan di jadikan perkebunan berhektar-hektar. Kebun yang ditanami sayur-sayuran dan umbi-umbian ini sangat mengancam kehidupan masyarakat yang ada di kabupaten Jayapura. Sebab kebun liar yang ukurannya berhektar-hektar ini hampir semua mengarah ke kali,” ujar Manase di Sentani, Rabu (15/2).
Dari hasil pemantauan pihak PPLH, kata Manase, bahwa kebun lokal yang hampir menguasai isi pegunungan siklop ini sangat berbahaya jika tidak dihentikan dengan segera.Pohon-pohon yang ukuran besar, bahkan jadi korban ditebang dan dibiarkan begitu saja. Kawasan Cagar Alam Siklop ini sudah bukan sebagai tempat penelitian, pendidikan, bahkan tempat sumber air bagi masyarakat di Kota Sentani, hingga suara kicauan burung atau unggas yang dari kejauhan bisa kami dengar sudah tidak terdengar lagi.
Lanjut Taime, Pemerintah agar segera bentuk Satuan Tugas (Satgas) pengawasan terhadap Kawasan Cagar Alam Siklop. Aturan, Perda hingga Peraturan Pemerintah yang ditetapkan sebagai garda dalam pengawasan Cagar Alam sudah tidak mempan bahkan tidak dilaksanakan dengan baik.
Pasalnya, sosialisasi demi sosialisasi terus dilakukan hingga terjadi bencana banjir bandang 2019 lalu, sama skali tidak berpengaruh bagi oknum-oknum masyarakat yang tetap merambah dan membuka kebun lokal di kawasan pegunungan Siklop ini.
“Bencana tidak mengenal waktu dan tidak memakai jadwal. Mari kita jaga dan lestarikan cagar alam pegunungan siklop. Karena, pemerintah sendiri yang telah menetapkan pegunungan ini sebagai kawasan bencana permanen,” paparnya.
Sebagai pemerhati lingkungan, Taime berharap ada perhatian serius terhadap keberadaan Kawasan Cagar Alam Siklop ini sehingga terus memberikan kehidupan bagi masyarakat yang tinggal dan menetap di Kota Sentani.
“Dua maha karya Tuhan bagi masyarakat di kabupaten Jayapura, gunung siklop dan danau sentani yang tidak ada ditempat lain. Harus dijaga dan dilestarikan bagi anak cucu kita kelak,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jayapura, Abdul Rahman Basri mengatakan, pihaknya telah banyak menerima masukan dan laporan terhadap perkembangan Kawasan Cagar Alam Siklop.
“Hal ini perlu dukungan semua pihak,agar secara bersama kita lakukan pengawasan secara berkala,” tandasnya.