Deiyai, Mambruks.Com-Tokoh pemuda asal Kabupaten Deiyai Melkianus Mote mengingatkan masyarakat bukan hanya menjaga dan melestarikan Noken sebagai warisan budaya tetapi terutama menghidupi dan menghayati makna dan filsofi noken dalam kehidupan sehari-hari. Noken bagi orang Papua memiliki makna sangat mendalam yang juga mencerminkan jati diri atau identitas orang Papua tentang berbagi, demokrasi, dan kebenaran.
Hal tersebut disampaikan Meki bertepatan dengan peringatan Hari Noken Sedunia yang diperingati setiap tanggal 4 Desember. Pada tanggal itu diperingati sebagai Hari Noken Sedunia, bertepatan dengan ditetapkannya Noken Papua sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO, bahkan Noken tercatat dalam daftar warisan budaya sejak 2012 silam.
“Tentu saja ini adalah peringatan yang membawa pesan untuk siapa pun utamanya orang Papua bahwa kita punya warisan budaya luar biasa, kaya akan makna, sebagai bagian dari jati diri atau identitas kita sebagai orang Papua. Orang papua itu punya jati diri hidup bersama/komunal yang sangat kuat. Di dalam hidup bersama itu mereka saling berbagi, tidak individualis, dan sangat demokratis serta memegang teguh kebenaran,” ungkap Meki.
Dia meyakini, setiap orang Papua yang memakai Noken membawa serta nilai-nilai tersebut di dalam kehidupan dan kesehariannya. Noken juga membawa arti tentang kehidupan orang Papua yang memiliki ikatan kuat dengan alam, budaya dan manusia Papua termasuk di dalamnya isu lingkungan dan isu pelestarian alam-budaya Papua.
“Saya sendiri kemana-mana memakai Noken. Itu kebanggaan buat saya, karena itu juga bagian dari jati diri saya sebagai orang Papua. Jadi noken itu bukan sekedar tas tetapi identitas,” sambungnya.
Bagi dia, upaya melestarikan Noken harus jadi tugas bersama baik unsur budaya, agama, maupun pemerintah.
Tentang Noken sendiri, dalam bukunya yang berjudul ‘Titus Pekei Sang Penggali Noken’ dikatakan bahwa setiap wilayah adat di Papua memiliki noken dengan kekhas-an masing-masing. Setiap komunitas noken dalam 7 wilayah adat di Provinsi Papua memiliki penyebutan yang berbeda untuk noken. Kata ‘noken’ sendiri berasal dari bahasa Biak inoken atau inokenson. Meski demikian, ada satu kesamaan yakni cara merajut noken. Noken sendiri terbuat dari bahan yang cukup beragam. Ada yang dari serat kayu, daun, atau batang anggrek, yang dibuat dengan cara dianyam atau dirajut. Di Papua, kemahiran seorang perempuan merajut noken juga dianggap sebagai tanda kedewasaan.