Sorong, Mambruks.com–Provinsi Papua Barat mengalami sorotan publik akibat insiden salah ketik oleh personel Polresta Sorong terkait ‘manusia Papua’ menjadi ‘manusia Purba’ yang dilakukan oleh anggota Polresta Sorong.
Adanya salah ketik itu berawal dari Kasat Intelkam Polresta Kota Sorong yang mengeluarkan surat penolakan izin demo dari aliansi masyarakat adat selamatkan tanah adat dan manusia Papua bermuatan salah pengetikan.
Seharusnya, di dalam surat penolakan izin demo bernomor B/14/VIII/2023 aliansi masyarakat adat selamatkan tanah adat dan ‘manusia Papua’, tetapi salah pengetikan menjadi ‘manusia purba’.
Berdasarkan surat yang diterima Mambruks.com, kalimat itu terdapat pada huruf g pada poin kesatu sebagai dasar penolakan izin demo.
“Surat dari ALIANSI SELAMATKAN TANAH ADAT DAN MANUSIA PURBA, NOMOR:-, perihal: PEMBERITAHUAN AKSI,” bunyi huruf g pada poin kesatu seperti dikutip pada Selasa (15/8).
Kapolda Papua Barat, Irjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga sebelumnya telah meminta maaf atas insiden kesalahan pengetikan yang dilakukan anak buahnya.
Ia juga telah mengambil langkah-langkah untuk meredam situasi dan memastikan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat tetap terjaga.
Dalam pertemuan di Sorong pada Minggu (13/8), Kapolda mengajak para tokoh adat di Provinsi Papua Barat Daya untuk tetap tenang dan menjaga keadaan agar tetap kondusif.
Meski demikian, Ketua Dewan Adat Wilayah III Doberay Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya, Mananwir Paul Finsen Mayor mendesak Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo segera mencopot Kapolresta Sorong Kombes Happy Perdana Yudianto.
Paul memandang tindakan personel Polresta Sorong itu sudah menimbulkan gejolak di masyarakat. Dia khawatir dampaknya bisa menciptakan konflik sosial. “Segera copot Kapolresta Sorong karena anak buahnya telah melakukan tindakan rasisme dengan sebuah penulisan yang sangat tidak pantas,” kata Paul dalam keterangannya di Jakarta pada Senin (14/8/2023).
Dia mensinyalir ada kesengajaan di balik kejadian itu. Adapun Polresta Sorong berdalih kejadian itu hanya ‘salah ketik’. “Kami yakin ini bukan salah ketik tetapi memang disengajakan. Purba dan Papua itu jauh sekali bedanya,” ujar Paul.
Ketua DPP Alumni GMNI itu menyebutkan, saat ini, situasi di Kota Sorong bergejolak akibat kejadian salah ketik itu. Paul mendesak ada tindakan tegas dari pucuk pimpinan korps Bhayangkara.